Pesan Pemimpin Area (Maret 2022)

Tata Cara Sakramen

Sebagai murid Yesus Kristus, kita dapat menyampaikan undangan penuh kasih kepada teman-teman dan semua anggota yang hilang yang kita kenal dan kasihi, untuk datang ke pertemuan sakramen di mana kita semua dapat merasa dikasihi dan membangun iman dalam Yesus Kristus.

Penatua Ting-Tsung Chang
Penatua Ting-Tsung Chang Dari Tujuh Puluh

Ketika kita berupaya untuk menjadi murid Yesus Kristus, sakramen adalah tata cara yang paling familier dan penuh makna dalam kehidupan kita. Yesus menetapkan sakramen untuk mengingatkan kita akan Pendamaian-Nya pada akhir Perjamuan Terakhir. Sekarang, kita bersyukur dan bersukacita bahwa kita dapat mengambil sakramen dan memperbarui serta menepati perjanjian kita setiap minggu.

 

Melalui tata cara sakramen, kita berjanji untuk selalu mengingat Yesus Kristus, bersedia mengambil ke atas diri kita nama-Nya, dan berjanji untuk menaati perintah-perintah-Nya sebagaimana dinyatakan dalam doa sakramen.[1] Sebagai tambahan, Tuhan berjanji bahwa kita akan memperoleh pengampunan atas dosa-dosa kita melalui Pendamaian-Nya, selalu memiliki Roh-Nya menyertai kita, dan memiliki pengetahuan, iman, kuasa, dan kesalehan untuk memperoleh kehidupan kekal.[2]

 

Selama 6 tahun terakhir, saya bersyukur saya dapat memberkati sakramen untuk ibu saya setiap hari Sabat di rumahnya karena kerapuhan dan kekuatan fisiknya yang melemah. Sewaktu setiap kali mengambil sakramen, dia merenungkan dan mengungkapkan rasa syukurnya yang terdalam. Kami selalu merasakan sesuatu yang istimewa sepanjang waktu ini ketika saya mengucapkan doa sakramen dengan perlahan dan jelas. Dalam ruangan bersama kami, kami tersentuh secara mendalam oleh Roh Melalui suasana yang khidmat dan tata cara kudus yang kita ambil, hati kita dipersatukan dalam Yesus Kristus Kita diingatkan akan kedamaian yang diberikan Tuhan kepada para pengikut-Nya dan harapan untuk kembali kepada Bapa Surgawi suatu hari nanti. Ini khususnya benar di akhir Juli lalu ketika ibu saya meninggal dunia di usia 99 tahun. Sementara kematian orang yang kita kasihi adalah sulit bagi sebagian besar orang, saya merasakan penghiburan dan kedamaian selama waktu itu karena pengetahuan dan iman saya pada Pendamaian.


Di hari-hari mendatang, tidaklah mungkin untuk bertahan hidup secara rohani tanpa pengaruh yang membimbing, mengarahkan, dan menghibur, dan tetap dari Roh Kudus.

Presiden Russell M. Nelson

Kita hidup di masa yang bergejolak. Tekanan ekonomi, ketidakamanan sosial, masalah keluarga dan pernikahan, pandemi Covid-19, dan bencana alam adalah beberapa tantangan yang kita hadapi. Sewaktu mereka mungkin merasa kewalahan, kita tidak perlu membiarkan ketakutan kita mengalahkan kita. Alih-alih, kita hendaknya bersyukur bahwa kita dijanjikan bahwa kita dapat “selalu memiliki Roh-Nya bersama kita.” Dengan mengambil sakramen setiap minggu, kita dapat mendengar suara dari Roh-Nya membisikkan bimbingan, penghiburan, dan kedamaian-Nya dalam kehidupan kita sehari-hari kita. Dengan menjadi tenang, kita dapat mendengar suara-Nya, menerima wahyu pribadi, dan merasa damai. “Di hari-hari mendatang, tidaklah mungkin untuk bertahan hidup secara rohani tanpa pengaruh yang membimbing, mengarahkan, dan menghibur, dan tetap dari Roh Kudus.”[3]

 

Penatua Dale G. Renlund mengajarkan, ‘‘Mengambil sakramen adalah tata cara berikutnya yang dibutuhkan setiap orang setelah dikukuhkan menjadi anggota Gereja. Sakramen adalah tata cara berikutnya yang dibutuhkan setelah menerima pemberkahan atau dimeteraikan di bait suci. Sakramen adalah tata cara berikutnya yang dibutuhkan setelah membuat pilihan yang baik dan tata cara berikutnya yang dibutuhkan setelah membuat keputusan yang buruk. Sakramen adalah tata cara berikutnya yang dibutuhkan setiap minggu di sepanjang kehidupan kita.”[4]

Tata Cara Sakramen

Tidak menjadi soal berapa usia kita, berapa lama kita hidup, atau apa yang terjadi dalam hidup kita, tata cara sakramen di hari Sabat membantu kita berfokus pada Yesus Kristus dalam kehidupan kita sehari-hari, dan juga meneguhkan jiwa kita. Sebagaimana Presiden Russel M. Nelson menasihati, “Ketika fokus dari kehidupan kita terpusat pada Yesus Kristus dan Injil-Nya, kita dapat merasakan sukacita terlepas dari apa yang sedang terjadi—atau tidak terjadi—dalam kehidupan kita. Sukacita datang dari dan karena Dia. Dia adalah sumber segala sukacita.”[5]

 

Kita mengasihi Bapa Surgawi dan Putra-Nya, Yesus Kristus, dan merasakan kasih Mereka untuk kita. Kita mengikuti Juruselamat dan berupaya untuk mengasihi sesama kita seperti yang Dia lakukan. Kita ingin sesama kita merasakan kasih Bapa Surgawi dan Yesus Kristus. Kita dapat membagikan waktu, sumber daya, dan pengalaman pribadi kita imtuk memberkati sahabat-sahabat kita dan keluarga mereka. Kita menginginkan mereka merasakan sukacita yang datang dari Juruselamat, Injil-Nya, dan Gereja-Nya. “Tata cara sakramen menjadikan pertemuan sakramen pertemuan yang paling sakral dan penting di Gereja.”[6] Sebagai murid Yesus Kristus, kita dapat menyampaikan undangan penuh kasih kepada teman-teman dan semua anggota yang hilang yang kita kenal dan kasihi, untuk datang ke pertemuan sakramen di mana kita semua dapat merasa dikasihi dan membangun iman dalam Yesus Kristus. Ini adalah pekerjaan-Nya Ini adalah Gereja-Nya

 

 


[1] Ajaran dan Perjanjian 20:77, 79.

[2] Terjemahan Joseph Smith, Matius 26:22, 24; 3 Nefi 18:12.

[3] Russell M. Nelson, “Wahyu untuk Gereja, Wahyu untuk Kehidupan Kita,” Ensign atau Liahona, Mei 2018, 96.

[4] Dale G. Renlund, “Lifelong Conversion,” Pertemuan kebaktian BYU, 14 September 2021.

[5] Russell M. Nelson, “Sukacita dan Kesintasan Rohani,” Ensign atau Liahona, November 2016, 82.

[6] Dallin H. Oaks, “Pertemuan Sakramen dan Sakramen,” Ensign atau Liahona, November 2008, 18.