Bulan April 1970, Amerika Serikat mengirim roket ke ruang angkasa membawa tiga astronaut. Di awal perjalanan mereka, sebuah ledakan merusak pesawat ruang angkasa tersebut dan menimbulkan sejumlah pertanyaan serius mengenai kemampuan mereka untuk pulang ke bumi dengan selamat.
Para ahli menetapkan bahwa para astronaut tersebut memiliki cukup makanan dan air untuk bertahan beberapa hari dan sistem yang mampu menyediakan oksigen yang mereka butuhkan untuk bernapas. Namun, mereka kekurangan satu elemen penting: kekuatan mesin pesawat.
Hari-hari sesudahnya penuh dengan upaya heroik untuk menemukan sumber kekuatan mesin pesawat, menghemat kekuatan tersebut, dan menggunakannya untuk membawa para astronaut itu pulang dengan aman.
Mengakses Kekuatan Rohani
Demikian pula, kita membutuhkan kekuatan rohani untuk menghadapi tantangan zaman kita dan membantu kita kembali dengan aman ke rumah surgawi kita. Presiden Russell M. Nelson telah berulang kali memperingatkan bahwa masa-masa sulit akan datang dan bahwa kita membutuhkan kekuatan rohani untuk hari-hari mendatang.[1]
Pertanyaannya, “Bagaimana kita dapat mengakses kekuatan rohani yang kita butuhkan?”
Sementara kita mungkin dapat menemukannya di banyak tempat, hanya ada sedikit tempat, kalau pun ada, yang menyediakan aliran konsisten kekuatan rohani yang tersedia bagi kita di bait suci. Di bait suci kita melaksanakan tata cara-tata cara yang tidak tersedia di tempat lain. Sebagai hasilnya, di bait suci kita membuat perjanjian dan mengakses kekuatan yang hanya tersedia di sana bagi kita.
Kekuatan dari Perjanjian
Dalam Ajaran dan Perjanjian kita belajar tentang suatu masa ketika Musa berupaya untuk mempersucikan hati bangsanya. Untuk melakukannya, dia mengajari mereka tentang wewenang imamat dan pentingnya tata cara imamat.
Kita belajar “Dalam tata cara-tata cara [dari imamat] kuasa keallahan dinyatakan. Dan tanpa tata cara darinya, dan wewenang imamat, kuasa keallahan tidaklah dinyatakan kepada manusia dalam daging.”[2]
“Tata cara … mengikat kita kepada [Yesus Kristus] melalui perjanjian imamat yang sakral. Kemudian, sewaktu kita menepati perjanjian kita, Dia memberkahi kita dengan kuasa penyembuhan dan penguatan-Nya.”
Presiden Russell M. Nelson
Presiden Nelson menjelaskannya seperti ini, “Tata cara … mengikat kita kepada [Yesus Kristus] melalui perjanjian imamat yang sakral. Kemudian, sewaktu kita menepati perjanjian kita, Dia memberkahi kita dengan kuasa penyembuhan dan penguatan-Nya.”[3]
Ketika kita berperan serta dalam tata cara, kita membuat perjanjian. Sewaktu kita bersiap untuk membuat perjanjian itu, sewaktu kita membuatnya, dan sewaktu kita berupaya untuk menepatinya, kita menjalani kehidupan yang lebih baik, lebih saleh. Dan ketika kita melakukannya, kekuatan rohani mengalir ke dalam jiwa kita. Mungkin itu satu alasan Presiden Nelson begitu sering mendorong kita untuk “Masuklah ke jalan perjanjian dan bertahanlah di sana.”[4]
Perjanjian kita dapat memberi kita kekuatan untuk menavigasi tantangan dalam kehidupan kita. Saya mengenal seorang pria yang diundang ke acara santap malam resmi di kedutaan di Rusia. Ketika santap malam usai, tuan rumah mengarahkan stafnya untuk menyajikan alkohol kepada para tamunya. Semua orang di acara santap malam itu menerima satu gelas, dan semua meminumnya kecuali pria yang satu ini.
Itu merupakan suatu momen yang canggung dan sulit di mana tuan rumah tersebut merasa amat tersinggung. Pria tersebut mungkin berpikir bahwa ikut minum akan dimaafkan mengingat seriusnya situasi saat itu. Namun ketika dia mengingat perjanjiannya, dia tahu apa yang harus dilakukannya, dan sewaktu dia berupaya untuk mematuhi perjanjiannya, dia menemukan kekuatan untuk melakukannya.
Hal yang sama berlaku bagi kita. Ketika kita tergoda untuk melakukan sesuatu yang hendaknya tidak kita lakukan, atau untuk menjadi kurang dari apa hendaknya diri kita adanya, jika kita berpegang pada perjanjian kita, kita akan menemukan kekuatan yang kita butuhkan untuk menghadapi tantangan yang datang kepada kita.
Kekuatan dari Perjanjian Bait Suci
Sementara kita mungkin dapat menemukan kekuatan rohani di banyak tempat, hanya ada sedikit tempat, kalau pun ada, yang menyediakan aliran konsisten kekuatan rohani yang tersedia bagi kita di bait suci. Di bait suci kita melaksanakan tata cara-tata cara yang tidak tersedia di tempat lain. Sebagai hasilnya, di bait suci kita membuat perjanjian dan mengakses kekuatan yang hanya tersedia di sana bagi kita.
Saya tahu ini benar karena saya telah melihatnya dalam kehidupan keluarga saya dan telah mengalaminya dalam kehidupan saya sendiri.
Jika Anda belum pergi ke bait suci, saya mengundang Anda untuk bersiap sekarang untuk pergi ke sana. Jika Anda sudah pernah ke bait suci, saya mengundang Anda untuk kembali sesegera dan sesering keadaan memungkinkan. Jika Anda hidup jauh dari bait suci atau ada kendala lain yang menghalangi kehadiran Anda, Presiden Nelson telah mengimbau Anda untuk “menetapkan waktu yang teratur untuk melatih dalam pikiran Anda perjanjian-perjanjian yang telah Anda buat.”[5]
Saya berjanji bahwa ketika Anda melakukan hal-hal ini, kekuatan rohani akan mengalir ke dalam jiwa Anda.
[1] Russell M. Nelson, “Bait Suci dan Landasan Rohani Anda,” Liahona, November 2021, 94.
[2] Lihat Ajaran dan Perjanjian 84: 23, 18-21.
[3] Russell M. Nelson, “Bait Suci dan Landasan Rohani Anda,” Liahona, November 2021, 94.
[4] Russell M. Nelson, “Kekuatan Momentum Rohani,” Liahona, Mei 2022, 98.
[5] Russell M. Nelson, “Bait Suci dan Landasan Rohani Anda,” Liahona, November 2021, 95.