Pesan Pemimpin Area (Maret 2023)

Ajakan untuk Datang ke Pertemuan Sakramen

Hari Sabat ditetapkan untuk mengambil sakramen, untuk memperbarui perjanjian sakral.

Penatua Djarot Subiantoro
Penatua Djarot Subiantoro Dari Tujuh Puluh

Saya berusia tiga puluh tahun ketika saya diajak datang ke pertemuan sakramen di sebuah cabang Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir di Jakarta, Indonesia. Sebelum pengalaman ini, saya familier dan tumbuh dengan dua denonimasi utama, baik karena kelahiran maupun karena pengaruh sekolah. Saya ingat datang sebagai orang asing, cemas dihakimi, namun tidak diperlakukan demikian.

Saya disambut sebagai “saudara lelaki [brother],” seolah-olah saya bagian dari keluarga mereka. Para anggota dan pemimpin dari cabang menunjukkan rasa syukur yang tulus atas kehadiran saya. Saya merasa disambut dan dikasihi.

Pertemuannya khidmat dan dipenuhi dengan Roh. Saya dapat dengan mudah mengikuti setiap langkah. Ceramah-ceramah yang disampaikan oleh pembicara yang ditugasi memberikan wawasan baru ke arah pemahaman Injil dan cara mengamalkannya.

Sejak itu saya telah menghadiri lebih banyak pertemuan sakramen, dan saya sungguh memercayai apa yang pernah dituturkan David O. McKay: “Saya merasa terkesan untuk menekankan apa yang Tuhan tentukan sebagai pertemuan yang paling penting di Gereja, dan itu adalah pertemuan sakramen.”[1] 

Kita belajar dari tulisan suci, “Adalah perlu bahwa gereja sering bertemu bersama untuk mengambil roti dan air anggur dalam ingatan akan Tuhan Yesus.”[2]  Demikian pula, saya ingin mengajak Anda semua datang ke pertemuan sakramen untuk tiga alasan: untuk berada di sekeliling saudara lelaki [brother] dan saudara perempuan [sister] Anda di dalam Kristus, untuk memperbarui perjanjian-perjanjian Anda melalui mengambil sakramen, dan untuk saling mengingatkan akan Tuhan Yesus Kristus dan Injil-Nya.
 


“Adalah perlu bahwa gereja sering bertemu bersama untuk mengambil roti dan air anggur dalam ingatan akan Tuhan Yesus.”

Ajaran dan Perjanjian 20:75

Berada di sekeliling anggota Gereja membantu saya memperoleh kesaksian tentang pemulihan Gereja Yesus Kristus dan memperkuat tekad saya untuk memasuki jalan perjanjian.

Setelah saya dibaptiskan dan ditahbiskan pada jabatan imam dalam keimamatan, saya sesekali ditugasi untuk memberkati sakramen. Saya merasa dibutuhkan, dan kesempatan untuk melayani orang lain melalui memberkati sakramen memperkuat iman saya kepada Kristus.
    
Ketika saya diberi tugas ceramah saya yang pertama, persiapan menuntun saya untuk mempelajari ketersediaan sumber daya Gereja: tulisan suci, ceramah para pembesar umum, dan banyak buku. Saya belajar bagaimana merenungkan pengalaman saya pribadi dan membagikan kesaksian saya untuk memperkuat orang lain yang menghadiri pertemuan sakramen.

Yesus mengadakan sakramen sebagai simbol kurban pendamaian-Nya. “Dia yang makan roti ini makan dari tubuh-Ku untuk jiwanya; dan dia yang minum dari air anggur ini minum dari darah-Ku untuk jiwanya; dan jiwanya tidak akan pernah lapar tidak juga haus, tetapi akan kenyang.”[3] Tuhan berjanji bahwa mereka yang mengambil sakramen dengan layak akan selalu memiliki Roh-Nya bersama mereka.

Setiap anggota Gereja hendaknya mengingat tiga perjanjian besar yang dibuat dengan mengambil lambang-lambang ini:
1.    Bahwa mereka bersedia mengambil ke atas diri mereka nama sang Putra.
2.    Bahwa mereka akan selalu mengingat-Nya.
3.    Bahwa mereka akan menaati perintah-perintah-Nya, yang telah Dia berikan kepada mereka.[4] 
 

Ajakan untuk Datang ke Pertemuan Sakramen

Sepanjang perjamuan malam terakhir, Dia juga mengajarkan agar tidak mencari kesalahan orang lain tetapi untuk menginstropeksi diri, mengevaluasi apa yang perlu kita pertobatkan, saling mengasihi dan melayani sebagaimana kita seharusnya, dan saling membasuh kaki.

George Albert Smith menuturkan tentang sakramen, “Kita hendaknya mengambilnya dalam kerendahan hati, dengan persiapan tangan yang bersih dan hati yang murni, serta dengan suatu hasrat untuk dapat diterima oleh Bapa kita; kemudian kita akan menerimanya secara layak dan bersukacita dalam berkat yang datang kepada kita karenanya.”[5] 

Dia juga mengamati bahwa “para pria dan wanita yang pergi dari tahun ke tahun tanpa mengambil bagian dalam Perjamuan Malam Tuhan, secara bertahap kehilangan Roh Bapa Surgawi kita; mereka kehilangan kerekanannya di mana mereka telah memiliki kesempatan untuk berperan serta dalam berkat itu, namun telah gagal untuk memanfaatkannya.”[6] 

Saya ingin meneruskan pengingat dari Presiden Joseph F. Smith kepada kita semua bahwa Hari Sabat ditetapkan untuk mengambil sakramen, untuk memperbarui perjanjian sakral. “Hari Sabat adalah hari ketika, bersama para brother dan sister Anda, Anda hendaknya menghadiri pertemuan para Orang Suci, siap untuk mengambil sakramen dari perjamuan malam Tuhan; dengan pertama-tama mengakui dosa-dosa kita di hadapan Tuhan dan brother dan sister Anda, serta mengampuni sesama Anda sebagaimana Anda mengharapkan Tuhan mengampuni Anda.”[7]

 


1. David O. McKay, dalam Conference Report, Oktober 1929, 11
2. Ajaran dan Perjanjian 20:75
3. 3 Nefi 20:8
4. Joseph Fielding Smith, dalam Teachings of the Latter-day Prophets: A Compilation of Statements on Gospel Topics by Men Sustained as Prophets, Seers, and Revelators [1986], 585
5. George Albert Smith, dalam Conference Report, April 1908, 36
6. Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: George Albert Smith [2011], 197
7. Ajaran-Ajaran Presiden Gereja: Joseph F. Smith [1998], 242