Dalam kurun waktu 42 tahun, saya telah mengalami baik keberhasilan maupun kegagalan dalam usaha profesional saya. Di tengah-tengah banyak ketidakpastian hidup, saya mendambakan sesuatu yang lebih bertahan lama daripada sekadar keamanan keuangan saja. Refleksi ini menuntun saya untuk menyadari bahwa kebahagiaan dan kedamaian batin adalah hasrat saya yang sungguh-sungguh bagi keluarga dan diri saya pribadi Firman Tuhan bergema di dalam diri saya: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu[1].” Apa yang dapat lebih berharga daripada ‘Kedamaian dan Sukacita’ yang dijanjikan oleh Tuhan kita kepada kita masing-masing?
Ketika Yesus Kristus di salibkan dan mati, mungkin tampak bagi para pengikut-Nya semua telah hilang, bahwa tidak ada lagi harapan, dan dunia akan ditinggalkan dalam keputusasaan.[2] Banyak yang percaya mereka akan dihancurkan dan binasa.[3] Namun, tiga hari setelah kematian-Nya, Dia bangkit kembali, dan karena kebangkitan-Nya, kita pun juga akan bangkit lagi.[4]
Izinkan saya untuk membagikan sebuah pengalaman yang mengajari saya bagaimana kita dapat selalu menemukan kedamaian dan kebahagiaan melalui Kristus dan kuasa-Nya:
“Putra-Ku, kedamaian bagi jiwamu; kemalanganmu dan kesengsaraanmu akan terjadi hanya sesaat.”
Ajaran dan Perjanjian 121:7
Sebagai seorang lajang muda, saya mengunjungi Rabbit Island [Pulau Kelinci], sebuah pulau yang luas dan indah di Kamboja. Empat dari kami memutuskan untuk mendaki gunung di pulau itu, meninggalkan teman-teman kami di pantai Untuk menandai jalur untuk pulang kami, saya memotong ranting-ranting dan membuat penanda sewaktu kami mendaki. Sepanjang pendakian kami menikmati pemandangan yang mempesona dan tanaman-tanaman yang sangat menarik yang belum pernah kami lihat sebelumnya.
Setelah mencapai puncak, seorang teman menyarankan agar kami turun melalui sebuah jalur baru untuk melanjutkan menjelajahi vista (pemandangan) dan tanaman-tanaman yang baru. Kami semua dengan segera menyetujui. Malangnya, jalan turun yang kami pilih membawa kami ke hutan yang sangat lebat dan berduri. Kami mencoba beberapa rute alternatif tetapi gagal menemukan jalan keluar. Akhirnya, kami menyerah dan mencoba kembali ke jalan awal kami, tetapi itu tidak kami temukan.
Saat itu siang yang panas dan tidak ada angin, dan setelah tersesat selama kurang lebih 5 jam, saya basah kuyup oleh keringat dan kering kehausan. Dalam keputusasaan, saya memetik buah yang tidak dikenal untuk memuaskan dahaga saya, tetapi hanya menemukan ternyata buah itu sangat pahit yang membuat tenggorokan saya semakin kering. Saya memeras kaus saya yang penuh keringat untuk membasahi bibir saya dan menjilati luka karena duri yang sangat menyakitkan di jari-jari saya. Benar-benar kelelahan, saya berbaring di tanah, berpikir bahwa saya pasti akan segera mati dan tidak pernah melihat saudara-saudara, orangtua dan teman-teman saya lagi.
Sementara berbaring di tanah, saya menatap langit, dan sinar matahari yang berkelap-kelip di antara dedaunan. Saya teringat surga dan bahwa Allah dapat membantu saya Saya berseru kepada teman-teman saya, “Mari kita berdoa kepada Allah kita untuk pertolongan-Nya.” Kami semua berlutut, dan saya dengan khusyuk berdoa untuk bantuan Allah. Beberapa saat setelah berdoa, saya mendengar suara yang lembut berkata, “Kamu tidak dapat mati sekarang; Aku masih memiliki banyak pekerjaan untuk kamu kerjakan.” Saya membuka mata saya dengan kekuatan yang diperbarui dan harapan dalam kuasa-Nya. Saya meraih tongkat kayu dan berkata, “Ikuti saya, dan saya akan memandu kalian.” Menggunakan tongkat itu, saya membersihkan jalan dari duri dan ranting-ranting kecil untuk menemukan jalan kami. Setelah beberapa saat, kami bertemu dengan banyak sarang ular, yang memotivasi kami untuk bergerak lebih cepat Akhirnya, kami menemukan jalan yang menuntun kami kembali kepada teman-teman kami yang sedang cemas menanti.
Melalui pengalaman ini, saya menjadi tahu bahwa Allah benar-benar hidup. Perjalanan fana kita, dengan semua kesulitan, kompleksitas, rasa sakit, dan kekecewaannya, adalah sebuah fragmen dari rencana besar Allah untuk menguatkan kita. Sebagaimana Tuhan berfirman, “Putra-Ku, kedamaian bagi jiwamu; kemalanganmu dan kesengsaraanmu akan terjadi hanya sesaat[5] dan Dia akan mempersucikan kesengsaraanmu demi keuntunganmu[6]”.
Lawan berusaha mengisi hati kita dengan keputusasaan, tetapi karena Kristus dibangkitkan, setiap dari kita akan dibangkitkan. Karena Dia hidup, kita dapat menemukan kedamaian[7] dan kehidupan kekal[8]. Setiap hari yang baru adalah sebuah kesempatan untuk merasakan sukacita dan kedamaian yang dimungkinkan dengan menerima nama kudus-Nya didalam semua aspek kehidupan kita. Ketika kita memegang nama-Nya di dalam hati dan jiwa kita, tidak akan ada ruang bagi tantangan dan kompleksitas dunia untuk memengaruhi kita. Sewaktu kita menaati perintah-perintah dan perjanjian-perjanjian kita, kita berhak untuk pertolongan dan berkat-berkat dari Tuhan[9].
[1] Yohanes 14:27
[2] 3 Nefi 8:5–23
[3] 3 Nefi 8:24–25
[4] Alma 7:12
[5] Ajaran dan Perjanjian 121:7
[6] 2 Nefi 2:2
[7] Mosia 15:18
[8] Musa 1:39
[9] Ajaran dan Perjanjian 82:10