Pesan Pemimpin Area (Juli 2024)

Waktu Sakral, Tempat Kudus, dan Pemikiran Selestial

Sewaktu kita dengan sengaja mencari Allah secara teratur dengan meluangkan waktu sakral di tempat-tempat kudus, Dia akan memberkati kita dengan peningkatan pemahaman, kenyamanan, kedamaian, perspektif, dan wahyu.

Penatua Benjamin M. Z. Tai
Penatua Benjamin M. Z. Tai Presiden Area Asia

Nabi Nefi mengajarkan, “Dan aku, Nefi, sering pergi ke gunung, dan aku sering berdoa kepada Tuhan; karenanya Tuhan memperlihatkan kepadaku hal-hal yang besar.”[1] Pola penentuan waktu yang teratur untuk pergi ke suatu tempat untuk mencari Allah, memfasilitasi inspirasi dan wahyu ilahi. Dalam tulisan suci kita menemukan banyak contoh, termasuk:

 

  • Saudara lakilaki Yared, Musa, Yosua, masing-masing naik ke gunung yang tinggi untuk mencari Tuhan dan menerima bimbingan-Nya[2]
  • Enos mencari Tuhan melalui doa saat berburu di hutan dan memperoleh pengampunan atas dosadosanya dan janji-janji besar lainnya[3]
  • Joseph Smith memasuki hutan pepohonan untuk mencari hikmat melalui doa dan menerima petunjuk dari Bapa Surgawi serta Yesus Kristus[4]
  • Juruselamat berpuasa di padang belantara selama 40 hari untuk bersiap bagi pelayananNya dan memperoleh kekuatan rohani[5]

 

Dalam Konferensi Umum terkini, Presiden Russell M. Nelson mengajarkan, “Waktu di bait suci akan membantu Anda berpikir selestial dan mendapatkan visi mengenai siapa Anda sebenarnya, siapa Anda dapat menjadi, dan jenis kehidupan yang dapat Anda miliki selamanya. Peribadatan bait suci yang reguler akan meningkatkan cara Anda memandang diri Anda sendiri dan bagaimana Anda masuk dalam rencana Allah yang menakjubkan. Itu saya janjikan kepada Anda.”[6]

 

Berkat-berkat yang dijanjikan akan visi yang diperluas, pemahaman yang diperdalam, dan rasa menjadi bagian yang lebih kuat terhadap Allah dihasilkan dari kesediaan kita untuk mengabdikan waktu sakral kita dan untuk secara rutin berada di tempat-tempat kudus untuk memfasilitasi pemikiran surgawi.

 


“Setiap kali ada pergolakan apa pun dalam hidup Anda, tempat teraman untuk berada secara rohani adalah tinggal di dalam perjanjian bait suci Anda.”

Presiden Russell M. Nelson

Waktu Sakral

Jika kita diperlihatkan sebuah laporan penggunaan waktu kita sehari-hari, apa yang akan kita ketahui tentang prioritas kita? Sewaktu saya telah meninjau penggunaan waktu pribadi saya, saya telah merasakan suatu kebutuhan untuk menyesuaikan rutinitas saya dan dengan sengaja mencadangkan waktu untuk melakukan hal-hal yang akan membantu saya lebih dekat kepada Tuhan. Penyesuaian-penyesuaian ini telah mencakup merencanakan waktu yang rutin untuk berada di bait suci, melindungi waktu-waktu tertentu hari itu untuk penelaahan tulisan suci pribadi setiap hari. Kita semua hendaknya secara saksama menjaga waktu sakral pertemuan sakramen kita setiap minggu. Ketika kita mencadangkan waktu di awal, akan lebih mudah bagi kita untuk tidak menyerahkan waktu kita pada hal-hal yang kurang penting di menit-menit terakhir.

 

Apa waktu-waktu yang sakral bagi Anda dan bagaimana Anda menjaga dan melindunginya?

 

Tempat Kudus

Bait suci adalah rumah Tuhan di mana kita dapat pergi untuk mencari-Nya. Kita bersyukur bahwa di seluruh area Asia, bait suci semakin mudah diakses. Dana Bantuan Patron Bait Suci Umum juga dapat membantu para hadirin bait suci untuk pertama kalinya yang memerlukan bantuan keuangan. Dana itu juga dapat digunakan untuk menghadiri pemeteraian langsung selanjutnya dari saudara kandung dan anak-anak. Jika kita tidak tinggal dekat dengan sebuah bait suci, seperti Nefi, kita masih dapat menemukan tempat-tempat kudus untuk pergi lebih dekat dengan Allah. Tempat-tempat ini bisa saja rumah kita sendiri[7], gedung pertemuan kita, atau tempat-tempat khusyuk dan indah lainnya. Salah satu tempat favorit saya adalah bukit-bukit di belakang rumah saya di mana saya pergi berjalan kaki sembari merenungkan dan mendengarkan perkataan dari para nabi. Tempat-tempat kudus juga tidak terbatas pada lokasi-lokasi fisik semata. Presiden Nelson telah mengajarkan, “Setiap kali ada pergolakan apa pun dalam hidup Anda, tempat teraman untuk berada secara rohani adalah tinggal di dalam perjanjian bait suci Anda.”[8]

 

Di mana pun kita berada, kita dapat meluangkan waktu merenungkan perjanjian-perjanjian yang telah kita buat dengan Allah. Meninjau apa yang kita pelajari dalam bait suci dan bertekad diri kembali pada janji-janji sakral kepada Allah dan berkat-berkat-Nya yang dijanjikan kepada kita akan memperkuat dan memberdayakan kita. Meninjau pertanyaan-pertanyaan rekomendasi bait suci juga dapat membantu kita mengevaluasi kedudukan kita dengan Allah dan di mana kita mungkin membutuhkan bantuan-Nya.[9]

 

Selain bait suci, di mana tempat-tempat kudus Anda dapat berada bersama Allah?

 

Waktu Sakral, Tempat Kudus, dan Pemikiran Selestial

Pemikiran Selestial

Sewaktu kita dengan sengaja mencari Allah secara teratur dengan meluangkan waktu sakral di tempat-tempat kudus, Dia akan memberkati kita dengan peningkatan pemahaman, kenyamanan, kedamaian, perspektif, dan wahyu. Ini akan membantu meningkatkan dan meninggikan pemikiran kita dan kita akan menerima jawaban, dorongan semangat, keyakinan, serta inspirasi untuk menghadapi tantangan-tantangan kehidupan kita. Hal ini akan memberikan arahan dan membantu kita untuk menempatkan segala sesuatu dalam perspektif yang benar, agar pikiran kita tidak terlalu picik dan lebih bersifat surgawi.

 

Sewaktu kita mengindahkan ajakan Presiden Nelson untuk “Berpikir Selestial,” semoga kita masing-masing sepenuhnya memenuhi privilese bantuan ilahi kita dengan secara sengaja menentukan waktu untuk berada di bait suci dan tempat-tempat kudus lainnya secara teratur, dengan merenungkan dan menjalankan perjanjian kita, serta dengan bertindak berdasarkan bantuan ilahi yang diterima.[10]

 


[1] 1 Nefi 18:3

[2] Eter 3:1, Musa 1:1–2, Keluaran 3, Keluaran 24

[3] Enos 1

[4] Joseph Smith Sejarah 1:14–20

[5] Matius 4:1

[6] Russell M. Nelson, “Bersukacita dalam Karunia Kunci-Kunci Imamat”, Liahona Mei 2024

[7] Matius 6:6–7

[8] Russell M. Nelson, “Bait Suci dan Landasan Rohani Anda”, Liahona November 2021

[9] Buku Pegangan Umum 26.3.3.1, 27.2

[10] Russell M. Nelson, “Berpikir Selestial!”, Liahona November 2023