Bulan ini Presiden Russell M. Nelson mendekati ulang tahunnya yang ke-100. Dia mengepos di halaman Facebook resminya bahwa dia tidak memerlukan lagi hadiah fisik, namun satu hal yang akan mencerahkan kehidupannya adalah ketika kita masing-masing “menjangkau kepada ‘yang satu’ dalam kehidupan kita yang mungkin merasa tersesat atau kesepian ... siapa pun yang memerlukan bantuan.”[1]
Juruselamat kita, Yesus Kristus, memperlihatkan kepada kita banyak teladan hebat selama pelayanan-Nya yang sempurna. Ini mencakup perempuan yang disembuhkan-Nya karena menderita pendarahan yang dianggap “tidak bersih,” kasih dan penyembuhan-Nya kepada sepuluh penderita kusta yang telah dijauhi oleh masyarakat. Rasa iba-Nya kepada perempuan yang berbuat zina yang oleh banyak orang siap untuk dilempari batu, serta pengampunan-Nya kepada serdadu Romawi yang mencemooh, merajam, dan menyalibkan-Nya.[2]
Salah satu kisah yang paling indah dalam Kitab Mormon dicatat dalam 3 Nefi. “Dan terjadilah bahwa khalayak ramai maju, dan mencucukkan tangan mereka ke sisi-Nya dan merasakan tanda paku di tangan-Nya dan di kaki-Nya; dan ini mereka lakukan, maju satu demi satu sampai mereka semua telah maju.”[3] Terdapat sekitar 2.500 pria, wanita, dan anak-anak orang Nefi berkumpul di sekitar bait suci di tanah Kelimpahan [Bountiful].[4] Bayangkan jika setiap orang meluangkan waktu satu menit untuk menyentuh Yesus Kristus. Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi semua orang untuk menyentuh Dia? Apa yang Juruselamat ajarkan kepada kita? Dia mengajarkan bahwa menjangkau kepada seseorang memerlukan kasih dan pemahaman yang lebih tulus, namun bahkan lebih banyak kesabaran. Hasilnya mendatangkan sukacita yang luar biasa.
“Ingatlah nilai jiwa adalah besar dalam pandangan Allah.”
Ajaran dan Perjanjian 18:10
Sejak dipanggil sebagai seorang Tujuh Puluh Area, saya telah bepergian ratusan mil dan mengujungi banyak desa dan kota di Area Asia. Banyak dari perjalanan ini adalah untuk mengunjungi para anggota, terutama mereka yang membutuhkan bantuan. Saya ingin bersaksi bahwa mereka sungguh-sungguh merindukan seseorang untuk menjangkau mereka. Ini dapat saja kebutuhan duniawi atau fisik, namun sering kali juga rohani. Suatu akhir pekan, saya mengunjungi sebuah cabang kecil di Thailand utara. Presiden cabang meminta saya untuk mengunjungi seorang brother penyandang disabilitas yang telah menjadi anggota gereja selama lebih dari tiga puluh tahun namun sudah lama tidak datang ke gereja karena suatu kecelakaan yang membuatnya tidak bisa berjalan dengan mudah. Kami meluangkan waktu yang lama untuk mencari rumah pria ini. Akhirnya, kami sadar bahwa kami perlu memarkir mobil kami di jalan utama dan berjalan menyusuri jalanan tanah yang panjang dan sempit. Melihat pada arloji saya, saya mendapati bahwa kami terlambat lebih dari satu jam dan saya hampir menyerah. Kemudian saya menyadari bahwa dia telah menunggu kunjungan kami sepanjang hari dan kami hanya perlu berjalan beberapa menit lagi untuk menemuinya. Ketika kami tiba di rumahnya, saya sangat terkejut! Brother ini masih remaja saat saya pertama kali bertemu dia 46 tahun sebelumnya, ketika saya melayani sebagai misionaris muda di cabang kecil ini. Dia senang ikut menemani para misionaris dan telah membantu kami mengajar simpatisan. Saya belum pernah bertemu dengan dia sejak saya menyelesaikan misi saya, meskipun belakangan saya mengetahui bahwa dia telah melayani misi penuh waktu. Saya juga telah mendengar bahwa sepulang dari misinya sesuatu telah terjadi dalam kehidupannya, dan dia menjadi kurang aktif. Reuni yang tak terduga ini memberi kami berdua sukacita besar. Adalah karena kecacatan fisiknya sehingga dia tidak dapat pergi ke gereja. Seusai kunjungan ini, presiden cabang membuat sebuah rencana. Dia meminta para penatua dan pemimpin imamat untuk mengunjungi rumah pria ini setiap hari Minggu untuk memberikan pelayanan kepadanya, dan untuk melaksanakan sakramen baginya.
Bulan ini Presiden Russell M. Nelson mendekati ulang tahunnya yang ke-100. Dia mengepos di halaman Facebook resminya bahwa dia tidak memerlukan lagi hadiah fisik, namun satu hal yang akan mencerahkan kehidupannya adalah ketika kita masing-masing “menjangkau kepada ‘yang satu’ dalam kehidupan kita yang mungkin merasa tersesat atau kesepian ... siapa pun yang memerlukan bantuan.”[1]
Juruselamat kita, Yesus Kristus, memperlihatkan kepada kita banyak teladan hebat selama pelayanan-Nya yang sempurna. Ini mencakup perempuan yang disembuhkan-Nya karena menderita pendarahan yang dianggap “tidak bersih,” kasih dan penyembuhan-Nya kepada sepuluh penderita kusta yang telah dijauhi oleh masyarakat. Rasa iba-Nya kepada perempuan yang berbuat zina yang oleh banyak orang siap untuk dilempari batu, serta pengampunan-Nya kepada serdadu Romawi yang mencemooh, merajam, dan menyalibkan-Nya.[2]
Salah satu kisah yang paling indah dalam Kitab Mormon dicatat dalam 3 Nefi. “Dan terjadilah bahwa khalayak ramai maju, dan mencucukkan tangan mereka ke sisi-Nya dan merasakan tanda paku di tangan-Nya dan di kaki-Nya; dan ini mereka lakukan, maju satu demi satu sampai mereka semua telah maju.”[3] Terdapat sekitar 2.500 pria, wanita, dan anak-anak orang Nefi berkumpul di sekitar bait suci di tanah Kelimpahan [Bountiful].[4] Bayangkan jika setiap orang meluangkan waktu satu menit untuk menyentuh Yesus Kristus. Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi semua orang untuk menyentuh Dia? Apa yang Juruselamat ajarkan kepada kita? Dia mengajarkan bahwa menjangkau kepada seseorang memerlukan kasih dan pemahaman yang lebih tulus, namun bahkan lebih banyak kesabaran. Hasilnya mendatangkan sukacita yang luar biasa.
Sejak dipanggil sebagai seorang Tujuh Puluh Area, saya telah bepergian ratusan mil dan mengujungi banyak desa dan kota di Area Asia. Banyak dari perjalanan ini adalah untuk mengunjungi para anggota, terutama mereka yang membutuhkan bantuan. Saya ingin bersaksi bahwa mereka sungguh-sungguh merindukan seseorang untuk menjangkau mereka. Ini dapat saja kebutuhan duniawi atau fisik, namun sering kali juga rohani. Suatu akhir pekan, saya mengunjungi sebuah cabang kecil di Thailand utara. Presiden cabang meminta saya untuk mengunjungi seorang brother penyandang disabilitas yang telah menjadi anggota gereja selama lebih dari tiga puluh tahun namun sudah lama tidak datang ke gereja karena suatu kecelakaan yang membuatnya tidak bisa berjalan dengan mudah. Kami meluangkan waktu yang lama untuk mencari rumah pria ini. Akhirnya, kami sadar bahwa kami perlu memarkir mobil kami di jalan utama dan berjalan menyusuri jalanan tanah yang panjang dan sempit. Melihat pada arloji saya, saya mendapati bahwa kami terlambat lebih dari satu jam dan saya hampir menyerah. Kemudian saya menyadari bahwa dia telah menunggu kunjungan kami sepanjang hari dan kami hanya perlu berjalan beberapa menit lagi untuk menemuinya. Ketika kami tiba di rumahnya, saya sangat terkejut! Brother ini masih remaja saat saya pertama kali bertemu dia 46 tahun sebelumnya, ketika saya melayani sebagai misionaris muda di cabang kecil ini. Dia senang ikut menemani para misionaris dan telah membantu kami mengajar simpatisan. Saya belum pernah bertemu dengan dia sejak saya menyelesaikan misi saya, meskipun belakangan saya mengetahui bahwa dia telah melayani misi penuh waktu. Saya juga telah mendengar bahwa sepulang dari misinya sesuatu telah terjadi dalam kehidupannya, dan dia menjadi kurang aktif. Reuni yang tak terduga ini memberi kami berdua sukacita besar. Adalah karena kecacatan fisiknya sehingga dia tidak dapat pergi ke gereja. Seusai kunjungan ini, presiden cabang membuat sebuah rencana. Dia meminta para penatua dan pemimpin imamat untuk mengunjungi rumah pria ini setiap hari Minggu untuk memberikan pelayanan kepadanya, dan untuk melaksanakan sakramen baginya.
Pengalaman ini membantu saya memahami dengan sungguh-sungguh apa yang Tuhan maksudkan ketika Dia berfirman kepada kita, “Ingatlah nilai jiwa adalah besar dalam pandangan Allah.”[5]
Sekali lagi, saya merujuk pada pesan nabi kita, “Saya mengundang Anda untuk mempertimbangkan dengan doa yang sungguh-sungguh: siapa yang Anda kenal yang mungkin berkecil hati? Dengan siapa Anda mungkin perlu berdamai atau meminta pengampunan? Adakah satu nama yang terlintas di benak Anda akhir-akhir ini, meskipun Anda belum tahu alasannya? Sewaktu Anda membawa pertanyaan-pertanyaan ini kepada Tuhan, Dia akan menginspirasi Anda untuk mengetahui bagaimana Anda dapat menjangkau dan mengangkat seseorang yang memerlukan bantuan. Betapa indahnya teladan yang Juruselamat perlihatkan kepada kita—bahwa melalui kita masing-masing yang memberikan pelayanan kepada satu orang saja yang berada dalam jangkauan kita, kita dapat menyebarkan kasih Yesus Kristus ke seluruh dunia.”[6]
[1]Russell M. Nelson, Facebook, 1 Juni 2024.
[2] Lukas 8:43–48, Lukas 17:11–19, Yohanes 8:1–11, Lukas 23:39–43
[3] 3 Nefi 11:13–17
[4] 3 Nefi 17:25
[5] Ajaran dan Perjanjian 18:10
[6] Nelson, Facebook