Semua orang ingin hidup di lingkungan yang penuh sukacita. Ada tulisan suci yang tertulis dalam Musa 7:18, “Dan Tuhan menyebut umat-Nya SION, karena mereka satu hati dan satu pikiran, dan berdiam dalam kesalehan; dan tidak ada yang miskin di antara mereka.” Ini adalah contoh yang sempurna untuk kita ikuti. Kita tahu bahwa di Sion, tidak ada perselisihan, diskriminasi, ketakutan, kebencian, ketidakpuasan, atau penipuan—karena mereka SATU! Pertanyaannya kemudian adalah, bagaimana kita dapat menemukan Sion dan menjadi bagian darinya?
Saya mendengar sebuah kesaksian dari seorang insaf baru yang memberikan petunjuk yang sangat baik untuk jawaban bagi pertanyaan di atas. Pria ini, dari latar belakang Timur tradisional, sangat tersentuh oleh Injil yang diajarkan kepadanya oleh para misionaris. Dia mencari penebusan melalui Yesus Kristus. Setelah pembaptisan dan pengukuhannya, dia berperan serta dalam ibadat dan kegiatan Gereja serta dengan setia mengambil sakramen setiap minggu. Dalam kesaksiannya, dia mengatakan bahwa karena banyak teladan yang baik dari para anggota Gereja, dia ingin berubah dan bertobat atas perilakunya di rumah. Karena kontribusi keuangannya yang dominan, dia merasa berhak untuk memberikan perintah, alih-alih permintaan, kepada istri dan putrinya. Sebagai kepala keluarga, dia meyakini bahwa dia seharusnya dibebaskan dari tugas-tugas rumah tangga. Namun, setelah dia merasakan pengaruh Injil, dia ingin menunjukkan kasihnya kepada keluarganya dengan mencuci piring setiap kali selesai makan. Ini adalah kejutan besar bagi keluarganya! Dia bersaksi bahwa suasana dalam keluarganya benar-benar berubah. Setelah dia mulai membantu, dia mendapati bahwa putrinya bersedia untuk berbicara dengannya dari waktu ke waktu dan senang berbagi perasaannya. Komunikasi antara ayah dan putrinya itu sangat jarang terjadi sebelumnya. Sungguh sebuah peragaan yang sederhana tentang bagaimana mengamalkan Injil Yesus Kristus membawa persatuan!
“Dan Tuhan menyebut umat-Nya SION, karena mereka satu hati dan satu pikiran, dan berdiam dalam kesalehan; dan tidak ada yang miskin di antara mereka.”
Musa 7:18
Setelah memasuki dunia ini, kita tertarik pada hal-hal yang bersifat duniawi. Kita membangun tembok untuk melindungi diri kita sendiri dan milik kita, namun pada akhirnya ini memisahkan diri kita dari orang lain. Yesus mengajarkan kepada kita, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yohanes 13:34). Kasih murni Kristus dapat menembus batas-batas duniawi ini, membawa mukjizat ke dalam kehidupan kita. Seperti contoh yang digambarkan di atas, sebuah perubahan sederhana untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada orang lain dapat menyebarkan kasih Kristus. Sangat menyenangkan untuk mengasihi orang-orang di sekitar kita dan sangat menyenangkan untuk merasa dikasihi.
Ada satu hal penting lagi yang bisa kita pelajari dari orang insaf baru ini. Melalui perjanjian dan tata cara yang sakral, kita mengikatkan diri kita kepada Juruselamat kita Yesus Kristus dan menjadi SATU. Dalam Yohanes 6:54–56, kita membaca, “Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia.” Pentingnya sakramen disoroti beberapa kali selama kunjungan Yesus kepada orang-orang Nefi (lihat 3 Nefi pasal 18, 20, dan 26). Sebagai pengikut Yesus, kita berkumpul bersama dalam pertemuan sakramen setiap hari Minggu. Kita akan merasakan kuasa pendamaian dan kasih dari Juruselamat kita. Pada momen yang sakral itu, kita sesungguhnyalah SATU.
Di zaman kita sekarang ini, orang-orang tampaknya lebih menekankan keberagaman daripada kesatuan. Penekanan itu bahkan menjadi tantangan di dalam Gereja. Namun, kita sungguh tidak perlu khawatir dengan fokus pada keberagaman, karena kasih seharusnya selalu berjaya! Kita mempersilakan anak-anak Allah untuk mengamalkan hak pilihan mereka. Kita dapat saling memberi manfaat dengan berbagi aspek kehidupan yang mendalam dan berbeda, selama kita semua merangkul kasih Allah. Hal ini diucapkan dengan baik oleh Rasul Paulus dalam 1 Korintus 12:21–22, “Jadi mata tidak dapat berkata kepada tangan: Aku tidak membutuhkan engkau. Dan kepala tidak dapat berkata kepada kaki: Aku tidak membutuhkan engkau. Malahan justru anggota-anggota tubuh yang nampaknya paling lemah, yang paling dibutuhkan.”
Mengamalkan Injil Yesus Kristus membawa persatuan. Kita dapat menemukan kebahagiaan di dalam keluarga, Gereja, dan masyarakat kita melalui pelayanan, perjanjian-perjanjian sakral, dan yang terpenting, kasih Juruselamat kita. Tidak ada sukacita yang lebih besar daripada menjadi SATU dengan keluarga terkasih kita dan Bapa Surgawi kita.