Pesan Pemimpin Area (Januari 2025)

Sukacita Abadi Ditemukan dalam Memilih untuk Mengamalkan Injil Yesus Kristus.

Penatua Stephen W. Dyer
Penatua Stephen W. Dyer Tujuh Puluh Area, Area Asia

“Manusia [pria dan wanita] ada, agar mereka boleh merasakan sukacita.”[1]

Bagi saya, tidak ada pernyataan yang lebih jelas dan mengilhami tentang tujuan keberadaan baka kita selain tulisan suci ini yang terdapat dalam Kitab Mormon.

Selama pandemi, ada saat-saat ketika saya merasa bahwa saya telah kehilangan sukacita saya dan tidak tahu cara mendapatkannya kembali. Pembatasan untuk melakukan perjalanan berarti bahwa istri saya, Tami, dan saya tidak dapat mengunjungi ketiga anak kami, salah satu sumber sukacita yang biasa kami nikmati.

Semua ini mencapai titik kritis pada periode pandemi yang sangat intens, ketika saya dan Tami “dikarantina” di rumah kami dan lingkungan sekitarnya. Saat itu adalah masa yang sulit. Saya mendapati diri saya bertanya, “Di manakah sukacita dalam kehidupan saya?” Ini mengganggu saya, karena saya tahu bahwa tujuan kehidupan kita adalah untuk memiliki sukacita.

Kemudian, sesuatu terjadi. Seluruh lingkungan huni kami mulai memasak dan menyajikan makanan tiga kali sehari untuk sekitar 40 orang petugas keamanan dan pekerja yang harus tinggal di kompleks kami terus-menerus selama karantina.

 


“Sukacita datang dari dan karena Dia …. Bagi Orang-Orang Suci Zaman Akhir, Yesus Kristus adalah sukacita!”

Russell M. Nelson

Bersama dengan banyak tetangga, Tami dan saya mendapat giliran untuk memasak bagi para pekerja ini dan mengantarkan makanan untuk mereka nikmati di tengah situasi mereka yang penuh tantangan. Kami mulai menantikan saat-saat untuk melihat senyuman dan kebahagiaan yang ditimbulkan karena pelayanan ini terhadap banyak pekerja. Hari demi hari, sukacita itu kembali ke dalam kehidupan kami. Kami juga memperhatikan bahwa tindakan pelayanan yang baik ini bersama teman-teman baru dan para tetangga kami secara bertahap menimbulkan perasaan positif yang penuh sukacita tentang masyarakat dan kepedulian di hati semua orang di lingkungan huni kami.

Seperti yang diingatkan oleh Penatua Dieter F. Uchtdorf, “‘Bilamana kamu berada dalam pelayanan bagi sesamamu manusia kamu semata-mata berada dalam pelayanan bagi Allahmu,’ dan Allah akan membayar kembali kebaikan hati Anda dengan berlimpah. Sukacita yang Anda berikan kepada orang lain akan kembali kepada Anda dalam ‘suatu takaran yang baik, yang dipadatkan, yang digoncang dan yang tumpah ke luar.’”[2] Tampaknya bahwa membiarkan sukacita kasih Allah mengalir dari kita kepada orang lain mendatangkan sukacita bagi kita.

Seorang pemimpin Gereja yang bijaksana pernah memberi tahu saya, “Ketika Anda merasa sedih, hitunglah berkat-berkat Anda.” Salah satu berkat yang saya hitung adalah kesempatan kedua yang ditawarkan kepada saya setiap hari melalui pendamaian Juruselamat. Kita dapat merasakan sukacita kasih Juruselamat yang mengalir kepada kita ketika kita menerima tawaran-Nya untuk “menyatu” dengan Allah melalui merendahkan hati kita dan bertobat.

 

Sukacita Abadi Ditemukan dalam Memilih untuk Mengamalkan Injil Yesus Kristus.

Saya telah sering menerima tawaran Juruselamat saya akan pendamaian-Nya dan telah “… merasakan untuk menyanyikan nyanyian kasih penebusan.”[3] Saya secara pribadi telah mengetahui perasaan bahagia yang dihasilkan yang mengenainya Alma yang Muda berseru, “… tidak ada apa pun yang dapat sedemikian hebat dan manisnya seperti sukacitaku.”[4]

Sukacita abadi ditemukan dalam memilih untuk mengamalkan Injil Yesus Kristus. Sukacita datang kepada kita ketika kita memperkenankan kasih-Nya mengalir dari hati kita dan membagikannya kepada orang lain dengan melayani mereka, seperti yang kita bayangkan yang akan Dia lakukan. Sukacita datang kepada kita ketika kita memperkenankan kasih Juruselamat kita mengalir ke dalam jiwa kita melalui dengan penuh syukur menerima tawaran penebusan-Nya.

Seperti yang nabi kita, Presiden Russell M. Nelson, telah ajarkan kepada kita, “Sukacita datang dari dan karena Dia …. Bagi Orang-Orang Suci Zaman Akhir, Yesus Kristus adalah sukacita!”[5]

Saya memiliki kesaksian pribadi bahwa ketika kita berperan serta dalam kasih Juruselamat melalui pelayanan kepada orang lain dan dengan menerima penebusan pendamaian-Nya, hal-hal besar akan terjadi, bahkan mukjizat-mukjizat—mukjizat pengetahuan yang bertambah, mukjizat iman yang lebih dalam, mukjizat kasih, dan mukjizat sukacita yang kekal.

 


[1]2 Nefi 2:25

[2]Dieter F. Uchtdorf, “Sukacita yang Lebih Tinggi”, Liahona, Mei 2024, 69

[3]Alma 5:26

[4]Alma 36:21

[5]Russell M. Nelson, “Sukacita dan Kesintasan Rohani,” Ensign atau Liahona, November 2016, 82–83