Dia Hidup - Agar Kita Akan Hidup

Dia Hidup - Agar Kita Akan Hidup

Sewaktu dalam tur misi akhir tahun lalu, pada Rabu malam, saya bertemu orangtua yang setia dari misionaris baru yang melayani di misi itu. Pada hari Jumat, saya bertemu misionaris yang baik ini. Dia lahir dalam perjanjian dan dibesarkan di Gereja oleh orangtua yang baik tersebut. Di awal Sabtu pagi, presiden misi memberi tahu saya bahwa ayah misionaris tersebut meninggal dunia, dan ibunya terluka parah, dalam sebuah kecelakaan mobil malam sebelumnya.

Dengan persetujuan dari Presidensi Area, presiden misi mengatur bagi elder muda ini dan rekannya untuk menghadiri pemakaman ayahnya pada hari yang sama itu. Sewaktu pengaturan perjalanan dilakukan dan sementara masih mengatasi kabar tragis ini, elder muda ini menuturkan, “Saya ingin menjadi misionaris; bolehkah saya kembali?” Pertanyaan dan tindakan dia selanjutnya mencerminkan hasrat dan tekadnya untuk maju terus dalam iman dan melanjutkan misinya. Baginya, dengan iman pada kebangkitan dan tata cara-tata cara pemeteraian bait suci, kematian ayahnya bukanlah akhir, meski itu merupakan hal yang sulit untuk ditanggung bagi orang muda mana pun. Dia tahu ayahnya baik-baik saja dan terlepas dari apa yang terjadi dengan ibunya, keluarga mereka dapat bersama kembali. Setelah pemakaman, dia langsung kembali pada pekerjaan misionarisnya dan melayani dengan iman dan harapan yang ditemukan dalam pesan dari Injil yang dipulihkan yang dia ajarkan setiap hari.

Kita masing-masing mungkin menanyakan, apakah saya sungguh-sungguh memercayai kebangkitan? Ketika dihadapkan pada kematian dari seseorang yang sangat saya kasihi, akankah saya merasa putus asa atau penuh asa? Akankah saya maju terus dengan iman yang kuat kepada Kristus? Akankah saya merasa seperti Yakub yang menyatakan, “Ya betapa besarnya kebaikan Allah kita, yang mempersiapkan sebuah jalan untuk pelolosan diri kita dari cengkeraman makhluk-makhluk itu, kematian dan neraka, yang aku sebut kematian tubuh, dan juga kematian roh.”1

Di antara kata-kata yang paling penuh sukacita dan penting dari tulisan suci adalah yang diucapkan oleh malaikat di kubur yang kosong: “Ia tidak ada di sini, sebab Ia telah bangkit.”2 Yang terkandung dalam frasa sederhana itu adalah peneguhan dari dua ajaran yang menghibur yang merupakan inti dari rencana kebahagiaan Bapa Surgawi: pertama, Yesus Kristus adalah Makhluk yang telah bangkit yang hidup; dan kedua, karena Dia hidup, maka kita semua akan dibangkitkan dan hidup kembali.

Selama pelayanan-Nya, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya bahwa Dia akan dibunuh dan dibangkitkan kembali pada hari ketiga.3 Meski mereka mendengar hal itu diajarkan, adalah sulit bagi beberapa dari murid ini untuk memahami kenyataan akan Kebangkitan Yesus. Mereka telah melihat Yesus menyembuhkan yang sakit dan membangkitkan yang mati, namun kemudian seolah itu semua berakhir dengan tragis. Dia disalibkan. Dia telah tiada.

Bahkan setelah mendengar kesaksian tentang para rasul lain bahwa mereka telah melihat Kristus yang hidup, Tomas tidak percaya sampai dia melihat Juruselamat dan merasakan bekas luka di tangan dan lambung-Nya. Yesus, melihat Tomas percaya karena dia telah melihat, berfirman, “berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.”4

Sewaktu saya menghadiri pemakaman, saya melihat pada wajah orang-orang terkasih kepedihan dan duka nestapa yang sangat mereka rasakan pada kematian seseorang yang sangat mereka kasihi. Akan tetapi, pada saat yang sama, saya bersyukur melihat harapan di antara mereka yang memahami dan memercayai rencana kebahagiaan. Di antara mereka yang memercayai kenyataan kebangkitan, yang benar-benar percaya bahwa Kristus mengatasi kematian, ada kedamaian. Mereka tahu perpisahan dari orang-orang terkasih yang tampaknya sangat berat untuk ditanggung hanyalah sementara sifatnya.

Iman kepada Bapa Surgawi dan Putra-Nya, Yesus Kristus, dan pada kasih tak terbatas serta janji-janji pasti Mereka, memberi kita kekuatan untuk terus maju selama saat-saat kemalangan. Selama bulan ini ketika kita merayakan Kebangkitan dan Pendamaian Juruselamat kita, Yesus Kristus, semoga kita memiliki iman pada tindakan tak terkatakan dari kasih itu. Semoga kita menemukan penghiburan dalam pengetahuan bahwa Dia menyerahkan nyawa-Nya dan mengambilnya kembali. Semoga kita memercayai kebangkitan yang dijanjikan bagi semua dan kepada kuasa penyembuhan dan membersihkan dari Pendamaian bagi mereka yang bertobat.

Saya menambahkan kesaksian saya pada kesaksian Nabi Joseph Smith, “Dan sekarang, setelah banyak kesaksian yang telah diberikan tentang Dia, inilah kesaksian, yang terakhir dari semuanya, yang kami berikan tentang Dia: Bahwa Dia hidup!”5 Saya bergabung dalam ungkapan rasa syukur dari para rasul yang hidup yang telah memaklumkan, “Syukur kepada Allah atas karunia Putra Ilahi-Nya yang tak tertandingi.”6

Catatan

1 2 Nefi 9:10

2 Matius 28:6

3 Lihat Matius 16:21, Yohanes 10:17

4 Lihat Yohanes 20:19–29

5 Ajaran dan Perjanjian 76:22

6 “Kristus yang Hidup”