Kata Sabat berasal dari sebuah kata bahasa Yunani yang artinya istirahat.
Sabat istirahat.Sabat bukanlah suatu hari untuk beristirahat semata dari pekerjaan, itu adalah hari untuk diluangkan dalam peribadatan dan kekhidmatan.
“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”1 adalah perintah keempat yang diberikan kepada Musa ketika dia memimpin bani Israel keluar dari tanah Mesir.
Dalam dispensasi terakhir ini, Tuhan menyatakan kembali perintah ini dalam sebuah wahyu yang diberikan melalui Nabi Joseph Smith, “Dan agar engkau boleh lebih sepenuhnya menjaga dirimu tak ternoda dari dunia, engkau hendaknya pergi ke rumah doa dan mempersembahkan sakramenmu pada hari kudus-Ku; Karena sesungguhnya inilah suatu hari yang ditetapkan bagimu untuk beristirahat dari kerjamu, dan untuk mempersembahkan baktimu kepada Yang Mahatinggi.”2
Menguduskan hari Sabat bukan sekadar sebuah perintah namun juga berkat bagi saya dan keluarga saya!
Semasa kecil, saya senang pergi ke pertemuan Gereja bersama orang tua saya di hari Minggu karena saya dapat bertemu dengan banyak teman saya di sana.
Menjadi seorang kakek sekarang, hari Sabat bagi saya jauh lebih penting dan bermakna daripada sekadar bertemu dengan teman-teman.
Selama lebih dari delapan dekade, Paduan Suara Mormon Tabernakel telah membuka program mingguannya dengan apa yang menjadi sebuah tanda - nyanyian pujian tahun 1835 “Nyanyikan Lagu Suci.”3 William W. Phelps dengan penuh peribadatan menjabarkan roh sejati hari Sabat dalam lirik indahnya.4 Itu mengingatkan kita beberapa ajaran pening pada hari Sabat yang kita senantiasa hendaknya ingat:
Nyanyikan lagu suci,
Sabat t’lah tiba lagi,
Agar orang istirahat,
Dan menyatakan syukur,
Akan berkat ilahi,
Akan berkat ilahi.
Berlibur dan menyepi,
Carilah hidup abadi;
Berkat besar, berkat besar.
Turut dalam sakramen,
Mengenang Tuhan kita
Mengenang Tuhan kita
Lagu indah bergema,
Saat kita berserah,
Kar’na sesal, Kar’na sesal.
Dengan kurban yang tulus,
Menyatakan kasih-Nya,
Menyatakan kasih-Nya.
Suci, sucilah Tuhan.
Mulia, mulialah firman-Nya;
Bertobatlah, Bertobatlah.
Meski dosamu keji,
Pastilah diampuni-Nya,
Pastilah diampuni-Nya.
Perilaku kita di hari Sabat adalah cerminan dari komitmen kita untuk menghormati serta menyembah Allah.
Itu adalah indikasi dari kedalaman keinsafan kita dan kesediaan kita untuk menepati perjanjian-perjanjian sakral.
Menurut Penatua Mark E. Petersen, “Ketaatan atau ketidaktaatan kita akan hari Sabat merupakan ukuran tepat dari sikap kita terhadap Tuhan secara pribadi dan terhadap penderitaan-Nya di Getsemani, kematian-Nya di atas kayu salib, serta kebangkitan-Nya dari kematian.
Itu adalah sebuah tanda apakah kita orang Kristen dalam setiap tindakan, atau apakah keinsafan kita sedemikian dangkal sehingga peringatan akan kurban pendamaian-Nya bermakna kecil atau tidak bermakna sama sekali bagi kita.”5
Tuhan meminta kita untuk menguduskan hari Sabat.
Penatua L. Tom Perry dari Kuorum Dua Belas Rasul mengajarkan kepada kita, “Brother dan sister sekalian, di zaman terakhir musuh berhasil ketika kita mengendurkan komitmen kita terhadap Juruselamat, mengabaikan ajaran-ajaran-Nya dalam Perjanjian Baru serta kitab suci lainnya, dan berhenti untuk mengikuti Dia.
Para orang tua, sekaranglah waktunya untuk mengajari anak-anak kita untuk menjadi teladan bagi orang-orang percaya dengan menghadiri pertemuan sakramen.
Ketika hari Minggu pagi tiba, bantulah mereka untuk beristirahat dengan baik, berpakaian dengan pantas, dan secara rohani siap untuk mengambil lambang-lambang sakramen serta menerima kuasa yang mencerahkan, meneguhkan, serta memungkinkan dari Roh Kudus.
Biarlah keluarga Anda dipenuhi dengan kasih sewaktu Anda menghormati hari Sabat sepanjang hari dan mengalami berkat-berkat rohaninya di sepanjang minggu.
Undanglah para putra dan putri Anda untuk ‘bangkit dan bersinarlah’ dengan menguduskan hari Sabat, sehingga ‘terang [mereka] boleh menjadi standar bagi bangsa-bangsa.’”6
Presiden Spencer W. Kimball menasihati:
“Sabat adalah sebuah hari yang kudus untuk melakukan hal-hal yang layak dan kudus.
Menghindari pekerjaan dan rekreasi adalah penting namun tidaklah cukup.
Sabat menuntut pemikiran dan tindakan yang konstruktif, dan jika seseorang hanya bermalas-malasan tanpa melakukan apa-apa di hari Sabat, dia melanggarnya.
Untuk menguduskannya, seseorang akanlah berlutut dalam doa, mempersiapkan pelajaran, menelaah Injil, bermeditasi, mengunjungi yang sakit dan menderita, tidur, membaca buku-buku yang baik, dan menghadiri semua pertemuan gereja di hari itu yang mana dia diharapkan.
Gagal untuk melakukan hal-hal yang tepat ini merupakan suatu pelanggaran dalam hal kelalaian.”7
Kita hendaknya memikirkan hal-hal yang bajik yang dapat kita lakukan di hari Sabat.
Penatua James E. Faust menyatakan, “Apa yang layak atau tidak layak di hari Sabat akan dinilai oleh kita masing-masing dengan berusaha untuk menjadi jujur terhadap Tuhan.
Pada hari Sabat kita hendaknya melakukan apa yang kita harus lakukan dan apa yang seharusnya dilakukan dalam sikap penuh peribadatan dan kemudian membatasi kegiatan-kegiatan lain kita.”8
Orang-Orang Suci Zaman Akhir telah diimbau berulang kali untuk memperlihatkan kasih bagi Tuhan dengan menaati hari Sabat.
Pada tahun 1993, sebagai contoh, Presidensi Utama menawarkan nasihat berikut:
“Kami merasa bahwa banyak Orang Suci telah menjadi lalai dalam ketaatan mereka akan hari Sabat.
Kita hendaknya menahan diri dari berbelanja di hari Sabat dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan komersial dan olahraga yang sekarang secara umum menodai hari Sabat.
Kami mengimbau semua Orang Suci Zaman Akhir untuk menetapkan hari kudus ini terpisah dari kegiatan-kegiatan dunia dan menguduskan diri mereka sendiri dengan masuk ke dalam roh peribadatan, rasa syukur, pelayanan, serta kegiatan-kegiatan pantas yang berpusat pada keluarga di hari Sabat.
Sewaktu para anggota Gereja berupaya untuk menjadikan kegiatan hari Sabat mereka selaras dengan tujuan dan Roh Tuhan, kehidupan mereka akan dipenuhi dengan sukacita serta kedamaian.”9
Pada tahun 2003 ketika SARS menghantam Hong Kong, meskipun para anggota Gereja tidak dapat pergi ke Gereja di hari Minggu untuk suatu periode waktu tertentu, kami masih dinasihati oleh para Pemimpin untuk mengambil sakramen di rumah-rumah kami sendiri di mana pun terdapat pemegang imamat untuk melaksanakan sakramen.
Saya masih ingat roh manis ketika saya mengucapkan doa sakramen dan putra saya mengedarkan sakramen bagi anggota keluarga kami di rumah kami sendiri.
Sewaktu kita mengikuti nasihat para Pemimpin untuk menghormati hari Sabat, keluarga kita juga dipenuhi dengan kasih serta kedamaian.
Kita dapat melihat kuasa yang meneguhkan dan memungkinkan dari Roh Kudus.
Itu sungguh-sungguh sebuah momen berharga dalam mengingat Tuhan Yesus Kristus.
Saya sungguh-sungguh mengasihi Bapa Surgawi dan Tuhan Yesus Kristus.
Saya tahu bahwa hari Sabat diciptakan demi kepentingan manusia.
Jika kita menghormati hari Sabat dan menaati perintah-perintah Allah, kita dapat menerima berkat-berkat rohani dan jasmani yang besar, dan kebahagiaan kekal kita dipastikan.
Mengenai ini saya dengan rendah hati bersaksi, dalam nama Yesus Kristus, amin.