Saya ingat dengan jelas ceramah ini diberikan oleh Presiden Hinckley mengenai persepuluhan. Saya masih dapat membayangkan beberapa pasangan dan apa yang terjadi terhadap mereka.
“Sebagai seorang pemuda yang baru saja pulang dari misinya, dia menemukan gadis yang ingin dinikahinya. Mereka bahagia, namun sangat miskin. Kemudian datanglah saat yang paling sulit ketika mereka kekurangan makanan dan uang. Saat itu hari Sabtu, dan lemari benar-benar kosong. Rene merasa putus asa karena istrinya yang muda kelaparan. Dia memutuskan tidak ada pilihan lain kecuali menggunakan uang persepuluhan mereka dan pergi membeli makanan. Sewaktu dia meninggalkan rumah, istrinya menghentikannya dan menanyakan kepadanya ke mana dia akan pergi. Dia memberi tahu istrinya dia akan pergi membeli makanan. Istrinya menanyakan kepadanya dari mana dia memperoleh uang. Dia mengatakan kepada istrinya bahwa itu adalah uang persepuluhan. Istrinya menjawab, ‘Itu uang Tuhan—kamu tidak akan menggunakannya untuk membeli makanan.’ Iman istrinya lebih kuat daripada imannya. Dia mengembalikan uang itu, dan mereka tidur tanpa makan malam itu.
Keesokan harinya mereka tidak sarapan, dan mereka pergi ke Gereja berpuasa. Rene memberikan uang persepuluhan kepada uskup, namun dia terlalu gengsi untuk memberitahukan kepada uskup bahwa mereka sedang membutuhkan. Setelah pertemuan dia dan istrinya meninggalkan gedung Gereja dan mulai berjalan pulang. Mereka belum pergi jauh ketika seorang anggota baru memanggil mereka dari rumahnya. Pria ini adalah seorang nelayan dan memberi tahu mereka dia memiliki ikan berlebih daripada yang dapat dia gunakan. Dia membungkus lima ikan kecil dengan kertas koran untuk mereka, dan mereka berterima kasih kepadanya. Sewaktu mereka melanjutkan untuk berjalan pulang ke rumah, mereka dihentikan oleh anggota lain yang memberi mereka tortilla; lalu seseorang yang lain menghentikan mereka serta memberi mereka nasi; anggota lainnya melihat mereka dan memberi mereka buncis.
Sewaktu mereka tiba di rumah, mereka memiliki cukup makanan untuk dua minggu. Mereka bahkan lebih terkejut ketika mereka membuka bungkusan ikan dan menemukan dua ikan yang sangat besar dan bukan lima ikan kecil yang mereka pikir telah mereka lihat. Mereka memotong ikan itu kecil-kecil dan menyimpannya dalam lemari es tetangga. Mereka telah berulang kali bersaksi bahwa sejak itu mereka tidak pernah lagi kelaparan.”1
Bapa Surgawi kita yang penuh kasih senantiasa menemukan cara-cara untuk memberkati kita. Sewaktu kita menaati hukum persepuluhan, kita akan diberkati secara melimpah. Mukjizat akan terjadi dalam kehidupan kita sewaktu kita dengan tekun mematuhi hukum persepuluhan dengan iman.
“Pada bulan Oktober 1998 Badai Mitch menghancurkan banyak bagian Amerika Tengah. Presiden Gordon B. Hinckley sangat prihatin terhadap para korban bencana ini, banyak yang kehilangan segalanya—makanan, pakaian, dan barang-barang rumah tangga. Dia mengunjungi para Orang Suci di kota-kota di San Pedro Sula dan Tegucigalpa, Honduras; serta Managua, Nikaragua. Dan seperti perkataan Nabi Elia yang penuh kasih kepada seorang janda yang kelaparan, pesan nabi modern ini di setiap kota adalah sama—untuk berkurban dan patuh pada hukum persepuluhan.
Tetapi bagaimana Anda bisa meminta seseorang yang sedemikian kesusahan untuk berkurban? Presiden Hinckley tahu bahwa pengiriman makanan dan pakaian yang mereka terima akan menolong mereka bertahan hidup dari krisis, namun keprihatinan dan kasihnya bagi mereka jauh melampaui hal itu. Sepenting bantuan kemanusiaan, dia tahu bahwa bantuan yang paling penting berasal dari Allah, bukan dari manusia. Nabi ingin menolong mereka membuka tingkap-tingkap langit sebagaimana yang dijanjikan oleh Tuhan dalam Kitab Maleakhi (lihat Maleakhi 3:10). Presiden Hinckley mengajarkan kepada mereka bahwa jika mereka mau membayar persepuluhan mereka, mereka akan senantiasa memiliki makanan di meja mereka, mereka akan senantiasa memiliki pakaian pada tubuh mereka, dan mereka akan senantiasa memiliki naungan di atas kepala mereka.”2
Persepuluhan adalah sebuah berkat yang setiap anggota dapat minta melalui kepatuhan setia dari membayar persepuluhan yang jujur. Para pemimpin kita akan senang melihat kita menerima berkat-berkat terpilih dari Bapa Surgawi kita. Sebagaimana dinyatakan dalam Ajaran dan Perjanjian 130:20–21, “Ada suatu hukum, dengan tak terbatalkan ditetapkan di surga sebelum pelandasan dunia ini, yang di atasnya segala berkat dilandaskan—Dan ketika kita mendapatkan berkat apa pun dari Allah, itu adalah karena kepatuhan pada hukum itu yang di atasnya itu dilandaskan.”
Untuk membuka tingkap-tingkap langit, kita perlu membayar persepuluhan kita. Dengan setia membayar persepuluhan kita secara jujur adalah kuncinya. Marilah kita meminta berkat-berkat kita. Dalam kehidupan saya sendiri, saya mengalami situasi serupa sebagai pasangan miskin ketika kami berjuang secara finansial di BYU-Hawaii di awal kehidupan pernikahan kami. Ketika saya melayani sebagai Uskup, saya melihat orang-orang mengatasi tantangan finansial mereka sewaktu mereka dengan setia membayar persepuluhan mereka secara jujur. Saya mendengar para anggota, tua dan muda, memberikan kesaksian mereka mengenai persepuluhan selama wawancara pemberesan persepuluhan akhir tahun. Adalah benar bahwa Hukum Persepuluhan merupakan berkat dalam segala hal.
Sebagai penutup, izinkan saya mengutip apa yang Presiden Monson telah katakan mengenai persepuluhan. “Senantiasalah aktif di Gereja. Saya akan memberikan kepada Anda sebuah formula yang akan menjamin secara luas kesuksesan Anda dalam memenuhi komitmen itu. Itu sederhana. Itu berisikan hanya tiga kata: Bayarlah persepuluhan Anda. Setiap uskup dapat menceritakan kepada Anda dari pengalaman pribadinya bahwa ketika para anggota Gereja membayar persepuluhan, dengan jujur, dengan setia, mereka memiliki sedikit kesulitan dalam menaati perintah-perintah lainnya Allah. Saya menyebut itu sebuah perintah penting.”3
Saya berdoa semoga kita semua memiliki iman untuk meminta semua berkat dari Hukum Persepuluhan. Dalam nama sakral Yesus Kristus, amin.■
Catatan
[1] Gordon B. Hinckley, 'Dalam Lengan Kasih-Nya,' Liahona, November 2006, 117–118.
2 Lynn G. Robbins, 'Tithing—a Commandment Even for the Destitute,' Ensign, Mei 2005, 35–36.
3 Thomas S. Monson, “Life's Greatest Decisions” Api Unggun CES untuk Lajang Muda, 7 September 2003.