Menemukan Sukacita dalam Menegakkan Keluarga yang Berbahagia dan Kekal

keluarga

Oleh Penatua Fook Chuen (Zeno) Chow
Dari Tujuh Puluh

Bekerja senantiasa menuntut dan memberkati. Tantangan utamanya adalah untuk mempertahankan keseimbangan yang baik antara keluarga, kerja, Gereja, dan kesejahteraan pribadi. Belajar bagaimana mempertahankan keseimbangan seperti itu merupakan salah satu pengalaman penting kefanaan.

Di suatu hari Jumat saya tiba di rumah setelah bekerja dan sangat lelah. Istri saya, Esther, pergi untuk latihan bersama paduan suara dalam persiapan untuk sebuah penampilan mendatang sementara saya di rumah sendirian merasa agak tertekan.

Tiba-tiba, bel pintu berbunyi. Ini sangat aneh karena saya tidak mengharapkan siapa pun untuk datang. Saya tidak memercayai mata saya ketika saya membuka pintu melihat putri saya, yang tinggal di Amerika Serikat, dengan dua putranya yang masih kecil. Kunjungan mereka merupakan kejutan bagi Esther yang mendukung penampilan terakhir paduan suaranya. Bagi saya, itu adalah karunia dari surga yang tiba pada momen yang sempurna. Sewaktu saya memeluk mereka dalam lengan saya, tidak ada hal lain yang lebih berarti. Semuanya diletakkan ke dalam perspektif yang tepat.

Injil mengajarkan kepada kita bahwa anak-anak dan cucu-cucu kita adalah para putra dan putri Allah dan dipercayakan kepada kita agar kita dapat menjadi mitra-Nya, untuk “pimpin [mereka], bimbing [mereka], tunjuk jalan [mereka]. Ajar … [mereka] …,” untuk menjadi orang-orang yang Dia ingin mereka menjadi, dan “hidup bersama-Nya.”1

Adalah penting untuk mengingat bahwa Bapa Surgawi kita “tidak melakukan hal-hal dengan ‘kebetulan’ tetapi dengan ‘rancangan ilahi.’”2 Sister Bonnie L. Oscarson juga mengingatkan kita bahwa “Bapa Surgawi mungkin telah menempatkan mereka yang membutuhkan kita paling dekat dengan kita, mengetahui bahwa kitalah yang paling baik untuk memenuhi kebutuhan mereka.”3 Keluarga kita adalah orang-orang yang paling membutuhkan kita dan kita ditempatkan dalam posisi terbaik untuk memberikan kasih, perawatan, teladan, dan ajaran yang mereka perlukan.

Membesarkan anak-anak dalam cara Tuhan dapat sangat menuntut bagi generasi pertama Orang Suci Zaman Akhir, karena saya mengalaminya. Terlepas dari kenyataan bahwa banyak dari orangtua kita mungkin adalah orang yang jujur, setia, baik hati, dan pengasih, kita tidak mengalami secara langsung seperti apa keluarga yang berpusat pada Kristus itu.

Banyak pakar siap untuk memberi kita nasihat. Tak diragukan lagi banyak dari nasihat ini berharga, namun tidak semuanya sejalan dengan ajaran-ajaran Injil.

Saya bersyukur untuk para nabi yang hidup yang menjelaskan secara terperinci mengenai firman Allah dan menolong kita memahami serta menerapkan asas-asas berharga ini dalam rumah tangga kita. Membangun sebuah keluarga yang berpusat pada Kristus tidak selalu mudah, terutama ketika kepercayaan dan nilai-nilai dari pengasuhan dan kebudayaan kita sama sekali tidak selaras dengan cara-cara Tuhan. Menerapkan perubahan yang diperlukan memerlukan banyak iman, keberanian, kegigihan, dan yang paling penting kebersandaran kepada Tuhan, yang “tidak memberikan perintah kepada anak-anak manusia kecuali Dia akan mempersiapkan jalan bagi mereka agar mereka boleh merampungkan apa yang Dia perintahkan kepada mereka.”4

Karena masing-masing dari anak-anak kita adalah unik, tidak ada solusi atau pendekatan satu jenis yang cocok untuk semuanya. Kita perlu tetap dekat dengan Roh untuk dapat diajari cara terbaik untuk melayani setiap anak kita secara individu. Sebagai hasilnya, membaca dan merenungkan Kitab Mormon setiap hari, mencari bimbingan Tuhan melalui doa yang tulus, dan dengan setia mengambil sakramen serta menguduskan hari Sabat di rumah semuanya memiliki kepentingan yang signifikan. Sebagai orangtua, kita perlu membersihkan bejana bagian dalam kita dan mempersiapkan diri kita sendiri untuk menerima bimbingan dan kekuatan ilahi untuk melakukan apa yang benar.

Menolong anak-anak kita memiliki iman kepada dan kesaksian akan Juruselamat kita ketika mereka masih muda merupakan hadiah terbaik kita bagi anak-anak yang berharga ini. Tuhan berjanji: “Dia yang mencari-Ku sejak dini akan menemukan-Ku, dan tidak akan ditinggalkan.”5 Mulai hari ini kita akan memberikan kepada anak-anak kita kesempatan terbaik untuk berhasil dalam membangun iman yang tak tergoyahkan kepada Juruselamat kita, mengenal suara yang lembut, memelihara kesaksian yang kuat, dan membangun hubungan pribadi dengan Juruselamat agar mereka tidak akan pernah terjatuh. Apabila ada hal-hal yang perlu kita pertobatkan, hari ini adalah saatnya untuk membuat perubahan ini agar kita dapat menjadi pengajar Injil yang efektif di rumah. Kasih dan teladan kita akan mengubah kehidupan anak-anak kita, dan anak-anak mereka, dan anak-anak dari anak-anak mereka.

Adalah pengharapan dan doa saya agar kita semua dapat membuat pernyataan seperti yang Yosua buat: “pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; … tetapi aku dan seisi rumahku, [yaitu anak-anak saya dan anak-anak dari anak-anak saya], kami akan beribadah kepada Tuhan.”6 Dalam nama Tuhan dan Juruselamat kita, yaitu Yesus Kristus, amin.

Caption: Penatua Fook Chuen (Zeno) Chow

______________________________________

CATATAN:

[1] “Aku Anak Allah”, Nyanyian Rohani, no. 142

2 Neal A. Maxwell, “Brim with Joy”, Brigham Young University devotional, 23 Januari 1996, 2, speeches.byu.edu.

3 Bonnie L. Oscarson, “Kebutuhan di Hadapan Kita”, Konferensi Umum Oktober 2017

1 Nefi 3:7

A&P 88:83

Yosua 24:15