Piagam untuk Pejuang Kemanusiaan

Piagam untuk Pejuang Kemanusiaan

Presiden Pasak Surakarta menyatakan keprihatinannya terhadap fenomena sosial media yang berisi berbagai ujaran kebencian, mencari kesalahan, dan bahkan cenderung memprovokasi terpecahnya kedamaian dan kebinekaan bangsa. Dia mengimbau agar para anggota Gereja dapat menyikapi semua ini dengan bijak, arif, dan tidak mudah terprovokasi.

Presiden Susanto menuturkan kisah Riyanto, seorang pemuda anggota Banser NU di Mojokerto yang tewas saat mengamankan kebaktian Natal di sebuah gereja pada 24 Desember 2000. Pemuda ini mengabaikan keselamatan dirinya sendiri ketika berusaha menyingkirkan tas yang berisi bom dengan membopongnya ke luar gereja. Namun bom tersebut meledak dan pemuda ini gugur demi menyelamatkan jemaat Gereja.

“Terangi Dunia” adalah program gereja yang berisi gagasan untuk melakukan pelayanan selama 25 hari menjelang Natal, khususnya gagasan untuk hari ke-17, telah mengilhami Presidensi Pasak Surakarta untuk memberikan piagam kepada keluarga pemuda tersebut sebagai apresiasi atas jasa almarhum Riyanto, yang disebut “Pejuang Kemanusiaan” oleh Gus Dur pada saat itu.

Kedua orang tua almarhum, Bapak Sukarnim dan Ibu Katinem, yang menerima piagam tersebut dengan ramah menyambut Brother Haryono sebagai perwakilan Gereja. Bapak Sukarnim yang bekerja sebagai penarik becak menyatakan rasa haru dan terima kasih karena putranya masih selalu dikenang bahkan dari tempat yang jauh. Dia juga menuturkan rasa syukurnya bahwa nama putranya telah diabadikan menjadi nama sebuah jalan di desanya dan sebuah tugu telah dibangun dengan nama Riyanto.