Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir bekerjasama dengan PMI setempat menyumbangkan 18 buah kursi roda bagi para difabel di Aula Markas PMI Kabupaten Boyolali. Para difabel ini berasal dari berbagai kecamatan di kabupaten Boyolali. Selain didampingi keluarga mereka, aparat pemerintahan setempat sebagai pemberi rekomendasi ikut serta mengantar mereka.
“Ini adalah pertama kalinya ada lembaga yang memberikan sumbangan kursi roda bagi mereka” ujar Azis, Humas PMI Boyolali. “Tentu ini merupakan berkah tersendiri bagi mereka karena ada begitu banyak difabel di desa-desa terpencil di Boyolali ini.”
Sugiyarto (48 tahun), dari desa Susiloharjo, kecamatan Boyolali tidak bisa menahan tangis harunya ketika dikunjungi di rumahnya. Telah 4 tahun bapak dari dua anak ini menderita kelumpuhan karena stroke. Istrinya menggantikan mencari nafkah bagi keluarga termasuk biaya berobat baginya dengan membuka warung nasi di rumah. Wanita paruh baya ini juga yang menjadi juru bicaranya karena bapak ini kehilangan suaranya, “Terima kasih atas bantuan kursi roda ini. Sekarang saya dapat mendorongnya ke halaman depan untuk mengusir kejenuhan serta memperoleh sinar matahari pagi.”
SugiyartoIbu Yartini (47 tahun), adalah petani sayur dari desa Genting, kecamatan Cepogo yang mengalami kelumpuhan sejak tahun 2012 yang lalu. Ibu dengan 3 orang anak ini setiap harinya hanya berbaring di balai-balai karena kedua kakinya sulit digerakkan. Beruntung suaminya dengan setia merawatnya. Menurutnya, semua lembu bahkan motor kedua anaknya telah habis terjual untuk membiayai pengobatan penyakitnya yang tak kunjung sembuh, “13 bulan lebih saya tidak bisa berjalan. Saya sudah berusaha berobat kemana-mana. Saya sudah putus asa. Alhamdulillah ada pertolongan berupa bantuan kursi roda. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya karena kami tidak akan mampu membelinya saat ini” ujarnya lirih.
Penerima kursi roda lainnya adalah Darmawan (10 tahun), murid kelas 3 SD Negeri II Tawangsari. Anak kedua dari buruh tani yang bercita-cita menjadi tentara ini mengaku sering kecil hati dan malu di sekolah. “Ia terlahir prematur. Sejak kecil ia tidak bisa berjalan” ujar ibunya sambil menahan air mata, “sebelum ada kursi roda ini saya harus menggendongnya setiap kali berangkat ke sekolah dan pulang. Syukurlah ada bantuan kursi roda ini. Kini saya dapat melatihnya agar kelak otot-otot kakinya akan menguat dan ia mampu berjalan serta bermain seperti teman-teman sebayanya.”
Darmawan